Upacara Sekaten
Upacara Sekaten adalah acara ulang tahun Nabi Muhammad SAW yang diadakan pada setiap tanggal 5 bulan Jawa mulud (Rabiul Awal tahun hijriah) di alun-alun utara Surakarta dan Yogyakarta. Upacara ini dahulu di pakai oleh Sultan Hamengkubuwono I, Pendiri Keraton Yogyakarta untuk mengundang masyarakat mengikuti dan memeluk agama Islam.Pada hari pertama, Upacara ini akan diawali saat malam hari dengan iring-iringan abdi dalem (punggawa kraton) bersama-sama dengan dua set Gamelan Jawa Kyai Nogowilogo dan Kyai Gunturmadu. Iring-iringan ini bermula dari pendapa Ponconiti menuju Masjid Agung di alun-alun utara dengan dikawal oleh prajurit kraton. Kyai Nogowilogo akan menempati sisi utara dari Masjid Agung sementara Kyai Gunturmadu akan berada di Pagongan sebelah selatan Masjid Agung.
Tumplak Wajik
Suatu upacara yaitu Upacara Tumplak Wajik diadakan di halaman Istana Magangan pada jam 16.00 wib. Upacara ini berupa Kotekan atau permainan lagu dengan memakai kentongan, lumpang (alat untuk menumbuk padi) dan semacamnya yang menandai awal dari pembuatan gunungan yang akan diarak pada saat Upacara Grebeg Muludan. Lagu-lagu yang dimainkan dalam acara Numplak Wajik ini adalah lagu jawa populer seperti Lompong Keli, Tudhung Setan, Owal Awil atau lagu-lagu rakyat lainnya.
Adat Labuhan
Labuhan pertama kali di Kesultanan Yogyakarta diadakan sehari setelah penobatan Pangeran Mangkubumi sebagai Sultan Hamengkubuwono I tahun I755. Tradisi ini berlangsung sampai Sultan Hamengkubuwono ke VIII.Pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono ke IX, labuhan diadakan setelah ulang tahun Sultan. Kini, di masa Sultan Hamengkubuwono ke X, labuhan dilaksanakan seperti dulu lagi, yaitu sehari sesudah penobatannya menjadi raja. Labuhan diadakan setiap tahun pada tanggal 30 bulan Rejeb karena Sultan Hamengkubuwono X dinobatkan pada hari Selasa Wage tanggal 29 Rejeb tahun Wawu 1921 atau 7 Maret 1989.
Adat Bekakak
pada malam sebelumnya diadakan upacara midodareni layaknya pengantin sejati. Menurut kepercayaan masyarakat, pada malam menjelang perkawinan, para bidadari turun ke bumi untuk memberi restu. Orang-orang begadang semalam suntuk demi menyambut kedatangan para bidadari tersebut.Pada siang hari, "pengantin" diarak dari Balai Desa Ambarketawang, Sleman, Yogyakarta ke Gunung Gamping. Ini adalah tempat Kyai Wirasuta, abdi dalem Sri Sultan HB I muksa, hilang tanpa bekas.
Rebo Wekasan
Rebo wekasan merupakan suatu upacara tradisional yang terdapat di Desa Wonokromo, Pleret, Bantul. Letaknya sekitar 10 km dari Kota Yogyakarta. Rebo wekasan berasal dari kata rebo dan wekasan yang berarti hari Rabu terakhir bulan Sapar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar